BAB Viii
Pertentangan social dan integrasi masyarakat
Pertentangan sosial di dalam masyarakat merupakan salah satu
konflik yang biasanya timbul dari berbagai faktor-faktor sosial yang ada di
dalam masyarakat itu sendiri. Pertentangan sosial ataupun konflik adalah salah
satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dan tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat misalnya peluang hidup,
gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
KONFLIK/PERTENTANGAN
Konflik/Pertentangan berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi
berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
Penyebab terjadinya
konflik/Pertentangan dimasyarakat
1.
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari
individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu
sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan
merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri
sendiri maupun bagi lingkungannya.
Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat
merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu,
individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam
aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya.
Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap
individu, seperti:
1.
Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3.
Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4.
Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5.
Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6.
Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7.
Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.
Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi
mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal
mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar
antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan
terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase Disorganisasi dan Fase
2.
Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
a.
Prasangka dan diskriminasi
Prasangka dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan
bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap
orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia,
membuat sikap cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada
prasangka. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat
diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan
agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba
mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi
dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah
laku diri.
b.
Perbedaan Prasangka dan diskriminasi
Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat
negative terhadap sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi
materi tertentu atau untuk status sosial bagi suatu individu atau suatu.
Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa
yang diprasangka.
c.
Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif
1. Latar
belakang sejarah.
Misalnya : bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah
bangsa penjajah.Ini dilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda
menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad.
2.
Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
Apabila prasangka bisa berkembang lebih jauh sebagai akibat adanya
jurang pemisah antara kelompok orang kaya dengan orang miskin.
3.
Bersumber dari faktor kepribadian
Bersifat prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe
authorian personality adalah sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh
prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan tertutup.
4.
Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama.
Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang
kita alami sekarang diseluruh penjuru dunia.
d. Usaha
mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
Dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi,
pemerataan pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di
bawah garis kemiskinan. Perluasan kesempatan belajar. Sikap terbuka dan lapang
harus selalu kita sadari.
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing.
Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
1.
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan social dalam suatu
sistem sosial tertentu
2.
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang
dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur
sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut
pandangan para penganut funsionalisma struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya
consensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat
sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting
affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan
kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda
(cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan
sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas
paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki
kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan
pranata-pranata sosial.
PERTENTANGAN
DAN KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku
yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya
sebagai pertentangan yang kasar atau perang.
Dasar
konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari
situasi konflik yaitu :
1.
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang
terlibat didalam konflik
2. Unit-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan
3.
Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu,sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi emosi dan dorongan yang antagonistic
didalam diri seseorang
2. Pada taraf
kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu,
dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di
antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma
kelompok yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan
norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan
sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa
dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang
telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol,
kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2. Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Mjority
Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk
melakukan kegiatan bersama
5. Compromise; artinya
kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan
didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai
suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
Pertentangan atau ketegangan adalah tingkah laku yang berdasarkan
emosi. Tiga ciri situasi pertentangan yaitu:
1. ada
beberapa bagian yang ada dalam konflik
2. adanya
interaksi yang menyebabkan perbedaan
3. adanya
perbedaan antara kebutuhan, tujuan, nilai dll
GOLONGAN BERBEDA DAN
INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat
majemuk itu dipersatukan oleh sistem nasional negara indonesia.
Aspek
kemasyarakatan yang mempersatukannya antara lain :
1. Suku
bangsa dan kebudayaannya
2. Agama
3.
Bahasa,
4. Nasion
Indonesia
Bentuk
Integrasi Sosial
1. Asimilasi, yaitu pembaruan kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
2. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa
menghilangkan kebudayaan asli.
Faktor-Faktor
Pendorong
A. Faktor
Internal :
1.
kesadaran diri sebagai makhluk social
2. tuntutan
kebutuhan
3.
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor
External :
1.
tuntutan perkembangan zaman
2. persamaan
kebudayaan
3. terbukanya
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
4. persaman
visi, misi, dan tujuan
5. sikap
toleransi
6. adanya
kosensus nilai
7.
adanya tantangan dari luar
Syarat
Berhasilnya Integrasi Sosial
1. Untuk
meningkatkan Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap
warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya.
SOAL
1. “suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya” merupakan pengertian konflik yang diartikan secara?
a.
Fisika
b.
Biologis
c.
Sosiologis
d.
Statistic
2. Ciri individu
dalam berinterkasi ditandai dengan ciri sebagai berikut kecuali…
a.
Fisik
b.
Kepandaian
c.
pengetahuan
d.
kerapihan
3.
Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif adalah sebagai
berikut…
a.
Latar belakang sejarah.
b.
Dilatar belakangi oleh
perkembangan sosio-kultural dan situasional
c. Bersumber
dari faktor kepribadian
d. Semua jawaban
benar
4. Dibawah ini manakah
yang merupakan cara pemecahan konflik, kecuali…
a.
Compromise
b.
Contour
c.
Subjugation
d.
Mjority Rule
5.
“Penerimaan sebagian
unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli” merupakan pengertian
dari…
a. Asimilasi
b. Asosiasi
c. Akulturasi
d. Asocial
BAB ix
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
ILMU PENGETAHUAN
1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
MENURUT PARA AHLI
Pengertian ilmu
yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi
Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains
menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains
lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu
melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa
definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :
- Mohamad Hatta
- Mohamad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
- Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag
- Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke
empatnya serentak.
- Karl Pearson
- Karl Pearson
Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Ashley Montagu
- Ashley Montagu
Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.
- Harsojo
- Harsojo
Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
- Afanasyef
- Afanasyef
Ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang
berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki
metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak
teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih
dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau
rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya
menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering
pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi
yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga
menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan
di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
“ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan
dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan
“, yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada
keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara
teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin.
Ilmu pengetahuan
pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang
disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis
hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun
menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji
oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek
penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari
suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan
atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan ilmu
akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi
objek material sebagai bahan yang menadi tujuan penelitian bulat dan utuh,
serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang
menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu
meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu
suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan
untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara
berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah
pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari
berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
2. SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah yang
dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti.
Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik pula,
peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
1) Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah
suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah
dandapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini
adalahpendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat
dibuktikankebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan,
seorangpeneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan
opini agarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkankebenarannya.
2)Berani dan Santun dalam
Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang
baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu
ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi,
atau mempertahankan hasil penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi
sopan santun dan menghindari perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin,
tetapi tetap berani mempertahankankebenaran yang diyakininya karena yakin
bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
3) Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang
baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusahamemperluas
pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala
bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembanganilmu pengetahuan yang
semakin hari semakin canggih dan modern.
4) Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan
penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap lingkungannya
dan selalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang
positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.
TEKNOLOGI
Teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Dalam konsep yang
pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa
pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts
) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara
bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan
dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup
penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi
sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of
development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai
tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi
memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964)
tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul
istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk
memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional
dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap
bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha,
metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan
sebelumnya.
Dari perspektif
sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah
satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan
semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material
kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang
memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu
perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah
manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
FENOMENA TEKNIK
Fenomena teknik pada masyarakat masa kini, menurut
Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1.
Rasionalistas, artinya tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan
rasional
2.
Artifisialitas, artinya selalu
membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3.
Otomatisme, artinya dalam hal
metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga
dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan
teknis
4.
Teknik berkembang pada suatu
kebudayaan
5.
Monisme, artinya semua teknik
bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6.
Universalisme, artinya teknik
melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai
kebudayaan
7.
otonomi artinya teknik berkembang
menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang
degnan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik
digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
NILAI
Untuk memahami pengertian nilai
secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah definisi nilai dari
beberapa ahli.
“Value is an
enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is
personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or
end-state of existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5)
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)
“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21)
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)
“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21)
Lebih lanjut
Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah
(1) suatu
keyakinan
(2) berkaitan
dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu
(3) melampaui
situasi spesifik
(4) mengarahkan
seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian,
serta
(5) tersusun berdasarkan
derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan
pemahaman tentang nilai, yaitu
(1) suatu
keyakinan
(2) berhubungan
dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan
akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar
dalam hidupnya.
Pemahaman tentang
nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk.
Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga
tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal
ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam
lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan
bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi
pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai
dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan
lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan
ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
FUNGSI KEMISKINAN
Jika kita
menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis), maka kemiskinan memiliki
sejumlah fungsi :
1. Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas.
2. Fungsi sosial : menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
4. Fungsi politik : sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok lain.
1. Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas.
2. Fungsi sosial : menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
4. Fungsi politik : sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok lain.
SOAL
1. “menimbulakan
altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup
bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya
badan amal” merupakan fungsi kemiskinan dari?
a. Ekonomi
b. Social
c. Kultural
d. Politik
2. “Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana” adalah pengertian ilmu menurut…
a. Mohamad Hatta
b. Harsojo
c. Ashley Montagu
d. Karl Pearson
3. Seorang peneliti harus
memiliki sifat-sifat berikut ini, kecuali…
a.
Cepat puas diri
b.
Mampu Membedakan Fakta dan Opini
c.
Kepedulian terhadap Lingkungan
d.
Mengembangkan Keingintahuan
4.
Maksud fungsi politik pada
fungsi kemiskinan adalah…
a.
Penyediaan dana
untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru
dan memanfaatkan barang bekas.
b.
Menimbulakan
altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup
bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya
badan amal.
c.
Sebagai kelompok
gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok
lain.
d.
Sumber inspirasi
kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya
saling mengayomi antara sesama manusia.
5. Teknologi
yang berkembang di kehidupan manusia dan termasuk dalam teknik organisasi
adalah sebagai berikut kecuali…
a. Administrasi
b. Pemerintahan
c. Manajemen
d. Mampu menghasilkan barang-barang industry
BAB X
Agama dan masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh
pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah
kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang ati dan hakikat kehidupan,
tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi dan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agama para tasauf.
Bukti-bukti itu sampai pada pendapat bahwaagama merupakan tempat
mencari makna hidup yang final dan ultimate. Agama yang diyakini, merupakan
sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada
konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan
terefleksikan pada tindakan sosial dan individu dengan masyarakat yang
seharusnya tidak bersifat antagonis.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan
pada hal-hal yang normative atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan
seharusnya dilakukan.
Contoh kasus akibat
tidak terlembaganya agama adalah “anomi”, yaitu keadaan disorganisasi sosial di
mana bentuk sosial dan kultur yang mapan jadi ambruk. Hal ini, pertama,
disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama di mana individu
merasa aman dan responsive dengan kelompoknya menjadi hilang. Kedua, karena
hilangnya consensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan norma
yang bersumber dari agama yang telah memberikan arah dan makna bagi kehidupan
kelompok.
1. FUNGSI
AGAMA
Ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari dalam
mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial,
dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan kompleks fenomena sosial terpadu
yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan
sejauh mana fungsi lembaga agama memelihara sistem, apakah lembaga agama
terhadap kebudayaan adalah suatu sistem, atau sejauh mana agama dapat
mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan tersebut
timbul karena sejak dulu hingga sekarang, agama masih ada dan mempunyai fungsi,
bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Manusia yang berbudaya, menganut berbagai nilai, gagasan, dan
orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku, bertindak dalam konteks
terlembaga dalam lembaga situasi di mana peranan dipaksa oleh sanksi positif
dan negatif serta penolakan penampilan, tapi yang bertindak, berpikir dan
merasa adalah individu itu sendiri.
Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial agama
terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, sampai konflik sosial. Agama
dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan dasar yang dapat
dipenuhi oleh nilai-nilai duniawi, tapi tidak menguntik hakikat apa yang ada di
luar atau referensi transdental.
Aksioma teori di atas adalah, segala sesuatu yang tidak
berfungsi akan hilang dengan sendirinya. Teori tersebut juga memandang
kebutuhan “sesuatu yang mentransendensikan pengalaman” sebagai dasar dari
karakteristik eksistensi manusia. Hali itu meliputi, Pertama, manusia hidup
dalam kondisi ketidakpastian juga hal penting bagi keamanan dan
kesejahteraannnya berada di luar jangkauan manusia itu sendiri. Kedua,
kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya
adalah terbatas, dan pada titik tertentu akan timbul konflik antara kondisi
lingkungan dan keinginan yang ditandai oleh ketidakberdayaan. Ketiga, manusia
harus hidup bermasyarakat di mana ada alokasi yang teratur dari berbagai
fungsi, fasilitas, dan ganjaran.
Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi
manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan
kelangkaan; dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar
terhadap unsur-unsur tersebut.
- Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat
ialah memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Contohnya adalah sistem kredit
dalam masalah ekonomi, di mana sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi
bergantung pada kepercayaan yang terjalin antar manusia, bahwa mereka akan memenuhi
kewajiban bersama dengan jenji sosial mereka untuk membayar. Dalam hal ini,
agama membantu mendorong terciptanya persetujuan dan kewajiban sosial dan
memberikan kekuatan memaksa, memperkuat, atau mempengaruhi adat-istiadat.
- Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai
bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka norma pun dikukuhkan
dengan sanksi sakral. Sanski sakral itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa
karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi, supramanusiawi, dan ukhrowi.
- Fungsi agama di sosial adalah fungsi penentu,
di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan
mereka.
- Fungsi agama sebagai sosialisasi individu
adalah, saat individu tumbuh dewasa, maka dia akan membutuhkan suatu sistem
nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitasnya dalam masyarakat.
- Agama juga berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya. Orang tua tidak akan mengabaikan upaya “moralisasi”
anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk
memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Karena itu, untuk mencapai
tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan kontinu.
Masalah fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah pada
komitmen agama. Menurut Roland Robertson (1984), dimensi komitmen agama
diklasifikasikan menjadi :
a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau
harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu,
bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran tertentu.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan
memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secra
nyata. Ini menyangkut hal yang berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan,
perbuatan religius formal, perbuatan mulia, berbakti tidak bersifat formal,
tidak bersifat publik dan relatif spontan.
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta,
bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar
religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif
tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan dengan suatu perantara yang
supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.
d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan
bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang
ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan
tradisi-tradisi keagamaan mereka.
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius
berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki konsekuensi
paling penting bagi agama. Akibatnya adalah masyarakat makin terbiasa
menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi
masalh kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas
dan sering kali dengan pengorbanan lingkungan yang sakral. Menurut Roland
Robertson, watak masyarakat sekular tidak terlalu memberikan tanggapan langsung
terhadap agama. Misalnya, sediktnya peranan dalam pemikiran agama, praktek
agama, dan kebiasaan-kebiasaan agama.
Umumnya, Kecenderungan sekularisasi mempersempit ruang gerak
kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas pada
aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan
anggota-anggotanya.
Hal itu menimbulkan pertanyaan apakahan masyarakat sekuler mampu
mempertahankan ketertiban umum secara efektif tanpa adanya kekerasan
institusional apabila pengaruh agama sudah berkurang.
2. Pelembagaan Agama
Agama sangat
universal, permanen, dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami
agama, maka akan sulit memahami masyarakat. Hal yang harus diketahui dalam
memahami lembaga agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan
bentuknya serta fungsi dan struktur dari agama.
Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan,
praktek, pengalaman, dan pengetahuan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dimensi-dimensi ini dapat diterima sebagai dalil atau dasar analitis, tapi
hubungan antara empat dimensi itu tidak dapat diungkapkan tanpa data empiris.
Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam
masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
keseluruhannya secara utuh.
a.
Masyarakat yang
Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota
masyarakatnya menganut agama yang sama. Sebab itu, keanggotaan mereka dalam
masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam
kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya:
1.
Agama memasukkan
pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem masyarakat secara mutlak.
2.
Nilai agama sering
meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan dalam masyarakat dan agama
menjadi fokus utama pengintegrasian dan persatuan masyarakat secra keseluruhan
yang berasal dari keluarga yang belum berkembang.
b.
Masyarakat-masyarakat
Pra industri yang Sedang Berkembang
Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi.
Agama memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat, pada
saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekular masih dapat dibedakan.
Fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu. Di pihak lain,
agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas sehari-hari, agama
hanya memberikan dukungan terhadap adat-istiadat.
Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah
biasanya akan mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis
dan teknologis dan tentu akan kurang baik. Karena adlam tingkah laku, tentu
unsur rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang
melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia (transdental),
seperangkat symbol dan keyakinan yang kuat, dan hal ini adalah keliru. Karena
justru sebenarnya, tingkah laku agama yang sifatnya tidak rasional memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk
kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat.
Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu
jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam
sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu
aspek kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai
dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa
hal penting bersifat keagamaan.
Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja
dan spesifikasi fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskankebutuhan
ekspresif dan adatif.
Pengalaman tokoh agama yang merupakan pengalaman kharismatik,
akan melahirkan suatu bentuk perkumpulan keagamaan yang akan menjadi organisasi
keagamaan terlembaga. Pengunduran diri atau kematian figure kharismatik akan
melahirkan krisis kesinambungan. Analisis yang perlu adalah mencoba memasukkan
struktur dan pengalaman agama, sebab pengalaman agama, apabila dibicarakan,
akan terbatas pada orang yang mengalaminya. Hal yang penting untuk dipelajari
adalah memahami “wahyu” atau kitab suci, sebab lembaga keagamaan itu sendiri
merupakan refleksi dari pengalaman ajaran wahyunya.
Lembaga keagamaan pada puncaknya berupa peribadatan, pola
ide-ide dan keyakinan-keyakinan, dan tampil pula sebagai asosiasi atau
organisasi. Misalnya pada kewajiban ibadah haji dan munculnya organisasi
keagamaan.
Lembaga ibadah haji dimulai dari terlibatnya berbagai peristiwa.
Ada nama-nama penting seperti Adam a.s, Ibrahim a.s, Siti Hajar, dan juga
syetan; tempatnya adalah Masjidil-Haram, Mas’a, Arafah, Masy’ar, Mina, serta
Ka’bah yang merupakan symbol penting; ada peristiwa kurban, pakaian ihram,
tawaf, sa’I, dan sebagainya.
Adam dan Hawa dalam keadaan terpisah, kemudian keduanya berdoa :
“Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri, dan jika engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah kami termasuk
orang-orang yang merugi.” (Q.S al-A’raf : 23).
Setelah itu Allah SWT memerintahkan Adam untuk ibadah haji
(pergi ke sesuatu untuk mengunjunginya). Saat sampai di suatu tempat (Arafah=
tahu, kenal), maka bertemulah ia dengan Hawa setelah diusir dari surge. Sebab
itu dalam pelaksanaan ibadah haji, ada ketentuan wukuf (singgah).
Nama nabi Ibrahim a.s selalu dikaitkan dengan Ka’bah sebagai pusat
rohani agama Islam (Kiblatnya Islam). Pada suatu peristiwa Allah memerintahkan
Jibril membawa Ibrahim a.s, Siti Hajar dan Ismail a.s putranya yang masih kecil
ke Makkah dari Palestina. Di suatu tempat, Ibrahim a.s atas perintah Allah SWT
supaya meninggalkan istri dan putranya. Kemudian Ismail menangis meminta air,
tentu saja Siti Hajar menjadi khawatir dan gelisah, maka ia pun berlari mencari
air ke bukit Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali.
Setelah itu dengan kuasa Tuhan, memancarlah air dari dekat kaki
Ismail (sekarang sumur air Zam-zam). Sebab itu, dalam rukun Haji ada Sa’I
(berlari kecil) sebanyak tujuh kali di bukit Shafa dan Marwa. Siti Hajar
merupak lambang yang bertanggung jawab, tidak pasrah, perjuangan fisik dan
meniadakan diri tenggelam ke dalam samudera cinta.
Kurban dikaitkan resmi dengan ibadah haji. Lembaga ini
berhubungan dengan sejarah rohani Ibrahim a.s yang diperintahkan oleh Alla SWT
untuk menyembelih putranya Ismail a.s, untuk menguji kesempurnaan tauhidnya.
Sewaktu penyembelihan akan dilaksanakan, syetan sempat menggoda Ibrahim a.s
agar tidak melaksanakan perintah Allah tersebut. Kemudian Ibrahim dan Ismail
melemparkan batu ke arah suara syetan itu berasal. Untuk mengenang peristiwa
itu, dalam pelaksanaan ibadah haji diwajibkan melempar jumrah (batu).
Sewaktu Ismail akan disembelih oleh Ibrahim a.s, ternyata Allah
menggantinya dengan seekor gibas (domba) jantan. Firman Allah : “Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup
mengadakan perjalanan pergi kesana. Barang siapa yang kafir (terhadap kewajiban
haji), maka bahwasanya Allah Mahakuasa (tidak memerlukan sesuatu dari alam
semesta)” (Q.S 3:97).
Jadi, kewajiban tersebut, esensinya adalah evolusi manusia
menuju Allah dengan pengalaman agama yang penting. Mengandung simbolis dari
filsafat “pencptaan Adam”, “sejarah”, “keesaan”, “ideology islam”, dan “ummah”.
Organisasi keagamaan
yang tumbuh secara khusus, bermula dari pengalaman agama tokoh kharismatik
pendiri organisasi keagamaan yang terlembaga.
Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam yang dipelopori
oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari
Tafsir Al-Manar. Ayat suci Al-Quran telah memberi inspirasi kepada Ahmad Dahlan
untuk mendirikan Muhammadiyah. Salah satu mottonya adalah, Muhammadiyah
diapandang sebagai “segolongan dari kaum” mengajak pada kebaikan dan mencegah
perbuatan jahat (amar ma’ruf, nahi ’anil munkar)
Dari contoh sosial di atas, lembaga keagamaan berkembang sebagai
pola ibadah, pola ide-ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk
asosiasi atau organisasi. Pelembagaan agama puncaknya terjadi pada tingkat
intelektual, tingkat pemujaan (ibadat), dan tingkat organisasi.
Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya “perubahan
batin” atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal
alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju
ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam
berbagai corak organisasi keagamaan.
SOAL
1. “Sistem kredit dalam masalah ekonomi, di mana
sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi bergantung pada kepercayaan
yang terjalin antar manusia, bahwa mereka akan memenuhi kewajiban bersama
dengan jenji sosial mereka untuk membayar” merupakan salah satu contoh dari
fungsi agama?
a. Fungsi agama terhadap pemeliharaan
masyarakat
b. Fungsi agama dalam
pengukuhan nilai-nilai
c. Fungsi agama di sosial
adalah fungsi penentu
d. Fungsi agama sebagai
sosialisasi individu
2.
“agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial
yang mempersatukan mereka” merupakan arti dari funsi agama?
a.
Fungsi
agama terhadap pemeliharaan masyarakat
b.
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai
c.
Fungsi agama di sosial adalah fungsi penentu
d.
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu
3.
“saat individu tumbuh dewasa, maka dia akan membutuhkan suatu
sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitasnya dalam
masyarakat” adalah arti dari fungsi agama?
a.
Fungsi
agama terhadap pemeliharaan masyarakat
b.
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai
c.
Fungsi
agama di sosial adalah fungsi penentu
d. Fungsi agama sebagai
sosialisasi individu
4.
Sanski sakral itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa karena
ganjaran dan hukumannya bersifat, kecuali?
a. Duniawi
b. Supramanusiawi
c. Ukhrowi
d.
Suprimanusiawi
5. Sifat agama adalah
sebagai berikut kecuali…
a.
Universal
b.
Dapat berubah
c.
Permanen
d.
mengatur dalam kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar